Asahan Insight
Kisaran - Bagi sebagian warga Kisaran, khususnya mereka yang tumbuh di era 80-90an, nama Anto Rumah Sakit adalah sepotong memori kolektif yang tak terlupakan. Bukan karena prestasi atau jabatan, melainkan karena sosoknya yang unik dan kisah hidupnya yang pilu, seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari sudut-sudut kota.
Dulu, anak-anak sering meneriaki namanya, "Anto Rumah Sakit!" atau bahkan memanggilnya "Anto Gila" hanya untuk melihat reaksinya. Dan benar saja, ia akan mengejar dengan emosi, sesekali melempar batu, yang kemudian disambut tawa dan teriakan anak-anak lain. Sebuah interaksi yang mungkin tak terbayang di masa sekarang.
Julukan "Anto Rumah Sakit" ternyata bukan tanpa alasan. Cerita yang beredar di kalangan orang tua menyebutkan bahwa ia lahir di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran--dulu RSU Kisaran. Ibunya meninggal dunia saat proses persalinan. Konon, ia sempat diasuh oleh salah seorang dokter di rumah sakit tersebut, sampai takdir membawanya hidup di jalanan.
Sudut-sudut kota menjadi rumahnya, sementara warung-warung dan pedagang menjadi pelindungnya. Ia tumbuh besar dengan belas kasih orang-orang yang memberinya makanan, uang, atau pakaian bekas.
Sesekali dia bersenandung saat menyusuri jalanan kota. Lagu dan syairnya selalu sama: "Burung Nuri.., terbang tinggi, terbang lagi.." Kosakatanya memang terbatas. Dan ucapannya, pun terbata-bata. Tapi bukan karena "gila", melainkan karena ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal.
Meskipun begitu, Anto memiliki ingatan yang tajam terhadap kebaikan. Ia bisa mengingat nama-nama orang yang sering membantunya. Sebaliknya, jangan tanyakan tentang pejabat atau tokoh penting, sebab itu adalah dunia yang asing baginya. Kisah hidupnya seolah menjadi paradoks dari janji negara untuk mengasuh fakir miskin dan anak terlantar.
Kini, Anto Rumah Sakit sudah mulai renta. Rambutnya memutih, langkahnya sempoyongan. Teriakan anak-anak yang dulu memanggil namanya tak lagi terdengar. Yang tersisa hanyalah gambaran dirinya yang semakin menua, sebuah potret dari perjalanan hidup yang keras.
Kisah Anto seolah menjadi cermin dari janji-janji yang kerap kali dilontarkan para pemimpin. Sebuah pengingat bahwa di balik megahnya pembangunan, masih ada cerita-cerita kecil yang luput dari perhatian, kisah tentang seseorang yang hidup di jalanan, jauh dari sentuhan tangan negara

