Headline

Ibu Buta, Keran Air Mengalir, dan Pintu yang Tertutup



Asahan Insight

Bukan sekadar berita penemuan mayat! Ini adalah cerminan pilu tentang seberapa jauh kita bisa terasing, bahkan di tengah hiruk pikuk Perumahan BTN Rahuning Permai.

Tragedi Rusli dimulai dengan "bau aneh" dan paket yang tak terkirim selama tiga hari. Ironisnya, alarm pertama kematian justru dibunyikan oleh kegigihan seorang kurir paket yang curiga, bukan oleh tetangga.

Lampu rumah menyala, keran air mengalir, tapi keheningan yang mencekam dan lalat-lalat yang keluar-masuk jendela menjadi saksi bisu tragedi yang tersembunyi.

Puncak kisah ini adalah momen ketika pintu kayu itu bergetar. Bukan jawaban dari yang meninggal, melainkan suara seorang nenek renta: Rosmaimun boru Siregar (80 tahun), tiga hari bertahan  di samping jenazah putranya. 

"Anakku mati, minta tolong," bisiknya merayap keluar. 

Bayangkan duka ini: seorang Ibu, buta, terperangkap di kegelapan duka selama tiga hari, hanya ditemani jenazah satu-satunya, tumpuan hidupnya. 

Ia tidak melihat, tapi naluri keibuan itu mutlak. Ia tahu anaknya tak bangun lagi. Ia hanya bisa menangis, berharap ada yang mendengar jeritan sunyinya di balik pintu yang tertutup rapat.

Rusli dikenal sebagai sosok yang "tertutup, jarang bergaul." Sifatnya yang menarik diri dari lingkungan inilah yang memungkinkan kematiannya tersembunyi berhari-hari. 

Kisah di Rahuning ini harusnya tamparan keras, seberapa peka kita terhadap lingkungan sekitar?

Jangan biarkan sifat tertutup seseorang menjadi batas antara hidup dan mati. Jangan biarkan lalat menjadi saksi tunggal tragedi kemanusiaan di sebelah rumah kita. 

Tragedi ini berakhir dengan pemakaman, namun perenungan kita harus terus berlanjut:

Mari kita ubah bau aneh menjadi bau kepedulian. Dan, memastikan tidak ada lagi Ibu di Asahan yang harus menjerit sendirian dalam kegelapan.

Type and hit Enter to search

Close